My Fav Song

Sabtu, 14 Januari 2012

Hasil Budaya Manusia Dan Kegelisahan


Kerusuhan Inggris dan Kegelisahan Rakyat

Kepolisian Inggris terus memburu para pelaku penjarahan dan perusakan dalam tragedi kerusuhan terburuk dalam seperempat abad terakhir di Inggris. PM David Cameron telah mengutuk kejadian itu di depan parlemen dan menempatkannya sebagai kriminal murni. Dia berusaha menutupi akar permasalahan kenapa kematian seorang penjahat kecil kulit hitam bisa meletuskan kerusuhan besar di kota-kota Inggris yang melibatkan tidak cuma orang kulit hitam namun juga ras lainnya termasuk warga kulit putih. Kerusuhan bermula dari protes warga tas tewasnya Marc Duggan, pemuda kulit hitam berusia 29 tahun yang diduga anggota kelompok kriminal di Tottenham. Duggan ditembak anggota Trident, unit polisis metropolitan London pada 4 Agustus dengan senapan HK MP-5. Dekat mayatnya tergeletak pistol semi-otomatik Bruni BBM. Namun sejumlah saksi mata membantah dia bersenjata. Investigasi IPCC (Independent Police Complaints Comission) dalam temuan awalnya juga menyatakan tidak ada bukti pistol itu ditembakkan.
Kematian seorang pemuda kulit hitam tersebut sebenarnya sekedar katalisator dari kegelisahan kaum menengah terutama generasi muda Inggris terhadap ketidakpastian masa depan mereka dalam situasi perekonomian yang sedang melesu. Kriminalitas yang merebak di jalanan di tengah kerusuhan tidak bisa dilepaskan dari kenyataan disintegrasi moral pada kelompok kelas atas. Warga Inggris kelas menengah dan kelas bawah melihat gap yang sangat tajam dengan warga kelas atas. Mereka merasakan standart hidup yang terus merosot di tengah program penghematan anggaran pemerintah. Masyarakat menolak untuk menanggung dampak kegagalan yang dilakukan oleh kebijakan pemerintah dan kesalahan bankir dan lembaga keuangan.

Mereka juga muak dengan kebohongan publik oleh pemerintahan seperti terkuaknya skandal penyadapan publik oleh konglomerat media yang melibatkan aparat keamanan/polisi. Pemerintah juga menalangi kerugian yang dialami sejumlah lembaga keuangan untuk mengindari kebangkrutan masal. Talangan mengakibatkan krisis keuangan yang ditanggung oleh keseluruhan rakyat Inggris berupa penghematan di segala bidang mulai dari sektor pertahanan hingga layanan dasar sosial. Kerusuhan sosial memang pada dasarnya berakar pada ketidakpuasan warga terhadap penghematan oleh pemerintah di Eropa. Hal itu terbukti dari sejarah kerusuhan sosial di Eropa sejak akhir republik Weimar di Jerman hingga demontrasi anti-pemerintah di Yunani terakhir ini. Permasalahan yang sama saat ini juga telah merebak di Italia, Spanyol, Portugal, dan Perancis akibat program penghematan pemerintah di tengah merosotnya ekonomi nasional. Warga tidak akan protes jika penghematan anggaran itu tidak akibat kerakusan pelaku bisnis besar yang gagal dimana kegagalan tersebut berimplikasi bail-out yang mengindikasikan skandal korupsi pemerintahan. Sebagimana ditunjukkan dengan goyahnya lembaga-lembaga keuangan setelah krisis kredit perumahan di AS yang menyeret lembaga keuangan dunia termasuk Eropa. Dampak yang luar biasa dari kasus semacam ini terjadi negara-negara berkembang yang akhirnya mengakhiri rezim rapuh yang berkuasa seperti di Indonesia, Tunisia, Mesir, dan Libya. Seperti di Tunisia, katalisatornya adalah tewasnya Mohamed Bouazizi akibat protes dengan membakat diri setelah sarana usahanya dalam berdagang buah digusur aparat pemerintah.

Kita di Indonesia baik masyarakat maupun pemerintah harus mencermati dan mengambil hikmah dari kejadian yang menimpa negara-negara Eropa saat ini. Terutama konsisten memberantas korupsi dan menegakkan supremasi hukum. Korupsi telah terbukti merosotkan kualitas kesejahteraan warga dan menghancurkan pemerintahan yang berkuasa dan membawa bangsa ke dalam krisis yang sangat menyakitkan.

Sumber: http://cakidur.wordpress.com/2011/08/16/kerusuhan-inggris-dan-kegelisahan-rakyat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar